Equity Market September 2008

Kekhawatiran mengenai memburuknya prospek pertumbuhan global dan masalah finansial di Amerika Serikat dan Eropa mendorong penurunan pasar saham global. Pada bulan September, IHSG turun sebesar 15,4% ke 1832, lebih baik dari pada pasar regional, namun masih di bawah pasar global (Indeks MSCI Asia Pasifik turun sebesar 16,3% dan MSCI World Index turun sebesar 14%). Diantara sektor-sektor lainnya dalam IHSG, Pertambangan berkinerja paling buruk, diikuti oleh agrikultur. Pada basis year-to-date, IHSG sudah turun sebesar 33.3% pada tahun ini, dibandingkan dengan penurunan sebesar 39,7% untuk Indeks MSCI Asia Pasifik, dan
penurunan sebesar 28,3% untuk MSCI World Index.

Harga minyak turun lagi sebesar 12,8% pada bulan ini, dan sudah mengalami penurunan sebesar 33% dari harga tertingginya di 145 US$, sementara harga minyak sawit juga turun sebesar 18,4% di bulan ini saja, dan telah mengalami penurunan sebesar 50% dari harga tertingginya tahun ini. Walaupun penurunan harga di sektor agrikultur dan energi memberi pengaruh positif secara keseluruhan untuk Indonesia, hal ini telah mengakibatkan pasar saham kita berada pada tekanan jual yang intens. Bahkan sektor-sektor berorientasi domestik pada pasar saham, seperti konsumen dan keuangan dan perbankan juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 3,7% dan 9,6%. Rupiah juga melemah terhadap Dolar Amerika sebesar 3,8% pada bulan ini ke angka 9500.

Berita finansial global yang berpengaruh terhadap pasar saham Indonesia pada bulan ini adalah: masalah finansial pada Fannie Mae dan Freddie Mac yang merupakan perusahaan yang disponsori pemerintah, kolapsnya Lehman Brothers, akusisi Merril Lynch oleh Bank of America, dan penyelamatan finansial untuk AIG yang diprakarsai oleh pemerintah Amerika, kekhawatiran terhadap kesehatan perekonomian global, angka pengangguran di Amerika Serikat yang lebih tinggi dari pada yang diperkirakan, penurunan produksi industri di Jerman, dan ketidakstabilan politik di Thailand. Pada sisi domestik, beritanya adalah: angka inflasi Agustus yang lebih rendah dari perkiraan (Bank Indonesia bereaksi dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps), defisit (kedua berturut-turut) pada neraca perdagangan bulan Juli, pelemahan Rupiah dan juga pengurangan pajak untuk perusahaan dan perorangan.

Neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit untuk ke dua kalinya secara berturu-turut pada bulan Juli. Defisit ini kemungkinan disebabkan oleh besarnya defisit perdagangan minyak, impor non migas yang besar, dan juga jatuhnya harga-harga komoditas/agrikultur pada bulan Juli. Diumumkannya angka Neraca Pembayaran kuartal kedua menampakkan adanya lonjakan impor minyak, yang mungkin merefleksikan kenaikan harga minyak. Jumlah impor barang juga meningkat lebih cepat dari jumlah ekspor, naik sampai dengan 48% sampai dengan (YTD) Juli, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Impor non migas telah meningkat sebesar 50% sampai dengan (YTD) Juni dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, mencerminkan bahwa permintaan domestik masih tetap kuat, terutama untuk barang modal dan bahan mentah. Sebagai tambahan, harga komoditas yang lebih rendah pada bulan Juli juga mungkin mengikis neraca perdagangan lebih dalam, karena Indonesia adalah negara pengekspor komoditas yang tergolong besar. Namun demikian, kedepannya, defisit perdagangan mungkin kembali bergerak ke teritori positif, karena harga minyak juga mulai turun.

Tampaknya tekanan jual pada IHSG disebabkan karena keluarnya investor asing. Mereka menganggap pasar saham Indonesia mewakili sektor sumber daya alam yang diuntungkan sebagai pemasok untuk Asia yang sedang berkembang. Namun demikian, dengan adanya perkiraan perlambatan global dan deleveraging (penurunan utang) sistem finansial, para investor memilih keluar dari sektor sumber daya. Pasar saham yang memiliki bobot yang besar untuk sumber daya alam seperti Indonesia, juga mengalami tekanan jual selagi investor-investor tersebut keluar dari pasar. Dalam jangka pendek, kemungkinan kita akan melihat pemulihan (rebound) setelah tekanan jual ini mereda.

Selama gejolak di bursa akhir-akhir ini, sesungguhnya perekonomian Indonesia dan perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa telah menjadi lebih tahan banting. Data-data ekonomi terkini menunjukkan posisi yang kuat, demikian juga dengan pendapatan perusahaan. Walaupun demikian, gejolak pasar dan perilaku investor yang menghindari resiko telah berdampak negatif terhadap fundamental perekonomian. Suku bunga bebas resiko (Risk free rates) naik tajam dan Rupiah mengalami tekanan. Jika situasi ini terus berkepanjangan, perekonomian kemungkinan akan melambat di bawah pertumbuhan 6% seperti yang kami perkirakan sebelumnya. Apalagi, ekspektasi pendapatan kemungkinan akan disesuaikan karena perusahaan-perusahaan keadaan ekonomi lebih sulit.

Kedepannya, kami memperkirakan saham-saham akan mengalami gejolak jangka pendek, seiring dengan berlangsungnya persepsi perlambatan di negara-negara maju. Namun lebih jauh lagi, prospek saham-saham Indonesia akan bergantung pada penanganan sistem keuangan Amerika Serikat dan Eropa. Prospek Indonesia juga akan tergantung pada penurunan suku bunga di negara-negara maju untuk memulihkan perekonomian mereka.

Comments :

0 komentar to “Equity Market September 2008”
 

About Me

Foto saya
Hello. My name is Ridha. I would like to show you my page . This is about free bussiness, actually just small bussiness but i really like it. I hope you will enjoy my site. Feel free to comment it and send me emails, but please do not spam me ;-) Im in GetToBePaid Business since 2008 and I have been in a 'few' programs. Didn't really get paid or earned a few dollars. I would like to share with you with my programs. Please check our all my links. Greetings, rkbisnis! :-)